Dengan boots ini kita bertemu
Dengan boots ini kita menjalani setiap malam yang hampa
Dengan boots ini kita melayang-layang diudara
Dengan boots ini kita bermusuhan
Dengan boots ini kita berseberangan
Dengan boots ini kita saling menyerang
Dengan boots ini kita bertemu kembali
Dengan boots ini kita jalani setiap malam dengan keceriaan
Dengan boots ini kita kita menertawakan masa lalu
Dengan boots ini kita menentukan nasib masing-masing
Dengan boots ini kita berpisah
Dengan boots ini aku antar kau ke peristirahatan
untuk alm Wi Jokongko/Kenyit yang baru kuantarkan tadi siang
Thursday, January 26, 2006
Pertemuan, Permusuhan, Persahabatan, Perpisahan
Wednesday, January 25, 2006
Balada Perjalanan
bising suara lalu lintas di kota, memang paling
enak tinggal di pedesaan. suasananya masih asli,
belum terlau terpoles oleh peradaban modern yang
menjemukan. peradaban modern yang penuh kekakuan
dan basa-basi hingga sangat susah membedakan mana
yang asli dan mana yang palsu. membutuhkan
kejelian yang luar biasa untuk melihatnya.
diantara banyak kerumunan itu, mungkin hanya satu
yang bisa kita pilih.
banyak sekali orang yang tertipu oleh
ucapan-ucapan manis dan wajah-wajah nan molek
tetapi pada akhirnya hanya kandas dalam isapan
jempol belaka. sekilas terlihat memang sangat
banyak yang indah dan menarik dalam
kerumunan-kerumunan itu, tetapi kebanyakan itu
adalah fana belaka. bisa menemukan satu dari
banyak seleksi adalah sesuatu yang sangat berarti,
mungkin seumur sekali baru bisa ditemukan. dan
tidak semua orang bisa mendapatkanya. mereka yang
jeli, ulet dan pantang menyerah saja yang akan
mempunyai kesempatan itu.
jalanan kota besar memang lebih halus dan beraspal
dibanding dengan jalan-jalan pedesaan. tetapi
jalanan kota besar sebenarnya lebih terjal dan
berliku dibandingkan dengan jalan-jalan di
pedesaan. jalan dikota besar membingugkan dan tak
jarang pula membuat tersesat, tanya sama orang
bisa-bisa malah dibikin semakin tersesat.
hidup didalam lingkaran kota besar memang harus
dituntut untuk ekstra hati-hati. jangan sampai
terlena oleh rayuan-rayuan yang membius yang
nantinya akan berujung pada penyesalan.
mempertajam penglihatan untuk membuat sebuah nilai
harus terus dilakukan dan tindakan preventif ini
akan lebih menguntungkan daripada adventif.
walaupun sudah lama tinggal di perkotaan, hal-hal
inilah yang harus terus dibawa. begitu hal-hal ini
dilepaskan, mata menjadi semakin tidak awas dan
akhirnya hanya akan terperosok dalam lubang galian
yang kadangkala tertutup oleh air. kemudian akan
membuat kotor dan bau tidak enak di tubuh kita.
dan kemudian lagi, akan keluar kata-kata ooo...
kenapa kok ngga hati-hati. dan penyesalan itu yang
menjadi tidak berguna.
Tuesday, January 24, 2006
Gelap Dalam Terang, Terang Dalam Gelap
Bertapa dalam kengkuhan
Berkata itu adalah hati
Percaya larut dalam darah
Menjaga tetap jalan
Satu kepala beribu nyawa
Wajah namanya bukan tujuan
Walau tak tahu siapa masinisnya
Dan stasiun memang tidak ada parkirnya
Dan kau tidak musti harus tahu itu
Monday, January 23, 2006
Larik Lembayung Senja
Tak tahu apa yang membuatku menjadi segila seperti saat ini. Entah mengapa jari-jari tangan, pita suara bahkan otakku menjadi seperti beku? Berjam-jam aku hanya bisa menatap larik senja dengan lembayung ungunya yang menerpa tubuhku. Cahayanya yang ramah seakan telah memanjakan tubuh yang penat oleh hiruk pikuknya deburan ombak. Keteguhan yang selama ini selalu menyertai seakan telah luruh dalam sapaan hangat sang lembayung. Keteguhan yang beberapa waktu lalu telah membawaku mengelilingi jagad, keteguhan yang beberapa waktu lalu telah menciptakan keagkuhan yang sangat luar biasa. Kini keteguhan itu terlolos melalui setiap pori ditubuhku. Dunia berhenti berputar dan keangkuhan itu telah membias menjadi kesadaran akan keagungan sang perkasa. Benar-benar aku tak tahu tentang sebuah rencana yang sedang berjalan saat ini. Jangankan saat ini, beberapa waktu yang lalupun aku sangat samar untuk merabanya. Sungguh sangat kecilnya aku ini. Aku orang paling bodoh, paling kerdil dan hanya bisa merasakan sesaknya dada dan mualnya perut. Entah...?
Saat ini hanya ada satu yang aku ketahui dalam sesaknya dada dan mual perut ini, akan kudampingi engkau dan kucurahkan semuanya untukmu. Entah sampai kapan? Walau harapan selalu mengatakan bahwa cakrawala adalah garis yang fana...