Sesaat kemudian baru tersadari bahwa dalam sebuah kejujuran tersimpan makna yang sangat mengesankan dan bahkan sangat susah untuk diuraikan walau telah mengenyam berjuta pengalaman. Sebuah pilihan yang terlafal hanya dalam hitungan detik itu ternyata mampu membalikkan segala hal yang selama ini mengakar begitu kuat. Semua menjadi terbalik, porak-poranda, hancur dan hanya meninggalkan monumen-monumen kebekuan, tugu pembelajaran. Terhempas namun masih memegang kesadaran, kandas namun masih berpijak pada keyakinan hingga burung-burung nazarpun enggan menyapa. Semua kembali menjadi hitam dan putih, menyembunyikan semua warna yang pernah terlahir di dunia. Terpajang dengan angkuhnya sisi-sisi gelap-terang penegas kehidupan dalam buaian matahari dan rengkuhan rembulan.
Awan masih berarak, mendung mulai menipis dan matahari mulai memperlihatkan gurat-guratnya di langit. Burung-burung bercicit mensyukuri hangatnya hari dan itu juga berarti mereka bisa kembali mencari makan. Dalam hentakan hari yang sangat keras, bergulat dengan pengabnya nafas, kembali dengan keteguhan menjalani hidup. Sebuah pilihan telah dijatuhkan dan menunggu jatuhnya pilihan berikutnya. Pilihan yang membutuhkan sebuah perjalanan dan entah sampai dimana ujungnya sudah menunggu, menantikan sebuah cerita yang akan mengiringinya. Dengan satu keyakinan ketiadaan batas akhir dan hanya akan terhenti ketika tanpa sesuatu dibacakan dengan tetap menantang langit dan berpegang pada bumi.
Kembali nyanyian berkumandang, mengalun membisiki setiap pendengar dan membangunkan setiap pemimpi. Meniadakan jarak dan mengalir mengarungi waktu, membagi hidup dan meyakinkan kehidupan. Meliarkan semua angan, memetik buah dan menghisap sari-sarinya. Menggoda setiap pelihat dan menggoncang setiap perasa, menciptakan sebuah kisah yang akan mengukirkan diri disetiap batu-batu, tembok-tembok, gunung-gunung dan seluruh tempat kosong yang akan segera terisi. Dan lambain-lambain itu telah menciptakan gelombang angin yang menyejukan, sebagai sambutan atas ketegaran yang terus bergulir. Berjalan terus menyusuri lubang-lubang dengan banyak cabang, hingga akhirnya menemukan sebuah lubang sebagai jalan keluar. Perjalanan dalam sebuah labirin yang hanya akan tercapai kejayaan ketika “yakin akan kejayaan” menjadi sahabatnya mengiringi kepala dan badan berjalan dalam angan yang selalu berharap tanpa ujung. (btijox 0212060115)