Monday, July 25, 2005

Pinang Terbelah

PINANG TERBELAH

Pertempuran belum dimulai, tenda-tenda berisi ribuan tentara Bangsa Bucktorch masih memperlihatkan kesibukannya. Pasukan utara ini sedang mempersiapkan sebuah pertempuran yang dahsyat. Di sebuah tenda yang besar, panglima Luloth sedang memberikan briefing kepada komandan-komandan pasukan. “Jurf, kit mon fil kouyti mehan lomko folipate!” (Jurf, kau pimpin pasukan panah untuk membuka jalan) “Lum kit Sorm, kit mon fil bryop regur tom avt.” (Dan kau Sorm, kau pimpin pasukan kuda menyerang dari arah timur) “Kit Kasg, kit regur ebla fil kouyti lomko folipate. Kit mon fil joup!” (Kau Kasg, kau menyerang setelah pasukan panah membuka jalan. Kau pimpin pasukan pedang) “Kit Yerrop, kit lum fil kojl tuhy kol, regur tom lav!” (Kau Yerrop, kau dan pasukan tombak bersama ku, menyerang dari arah barat) “Kol yam fil Sam Mlinfikt polk lih kutre ji dukolp!” (Aku mau pasukan Bangsa Mlinfikt hancur hari ini juga)

Ayam sudah berkokok tiga kali, sebentar lagi matahari terbit dan genderang perang akan ditabuh bertalu-talu diiringi oleh suara sangkala yang membahana.

Sementara itu, di perkemahan Bangsa Mlinfikt seorang perempuan terlihat sedang memberi pengarahan, dia adalah Mrakunci panglima perang pasukan selatan. “Trum bal bol foiut huk lihg dilkopertu diserko vasx, mikd juf par miy-miy dilkopertu!” (Hari ini adalah titik untuk meraih kejayaan bangsa kita, kibarkan dan tegakka panji-panji kejayaan) “Dilkopertu vasx bol juklip bukpo nheyo deru huki vasx!” (Kejayaan kita adalah masa depan untuk anak cucu kita) “Vasx cunki gulko, vasx xord jime!” (Kita siapkan pembantaian, kita hancurkan mereka)

Teriakan pasukan Mlinfikt bergema menembus dinginnya udara subuh, “Junko,junko…!” (Binasakan,binasakan…) Sorak-sorai pasukan Mlinfikt telah membangunkan pasukan Bucktorch yang dengan sigap langsung mempersiapkan diri. Tampaknya peperangan akan segera terjadi, kali pasukan Bucktorch yang meneriakan semangatnya, “Perdoch,perdoch…!” (Binasakan,binasakan…) Subuh yang tenang itu segera menjadi lautan suara yang sedang mengamuk, “Junko, perdoch, junko, perdoch…!” Begitulah terus saling bersautan.

Lembah yang sunyi dan merupakan perbatasan kedua bangsa ini menjadi gegap gempita. Tugu megah yang menjadi tanda batas kedua bangsa ini sebentar lagi menjadi saksi pertumpahan darah yang dahsyat.

Langit mulai terlihat layu, dari timur warna kemerahan mulai menyemburat. Angin lembah yang hangat meniupkan keangkeran, panji-panji merah di utara dan putih di selatan melambai-lambai dalam ketenangan yang mencekam. Pasukan Bucktorch mulai mempersiapkan posisi menyerang, pasukan Mlinfikt membuat posisi melingkar.

Di utara senapati Jurf memberi aba-aba pasukannya, “Kouyti, reg!” (Panah, serang) Dalam sekejap langit yang masih layu seperti tertutup mendung hitam yang tertiup angin gunung. Pasukan Mlinfikt yang menghadap utara segera mengankat perisai-perisai mereka membentuk paying. Hujan yang sangat lebat itu telah membuat pasukan selatan banyak yang bergelimpangan. Cairan merah mulai membasahi seragam putih mereka, Muncrit senapati panah segera menyuruh pasukannya bersiap. “Jrink, kluci!” (Panah, serang) Langit kembali mendung dan angin seperti bertiup cepat dari pantai.

Dalam beberapa saat teriakan-teriakan meregang melatar belakangi pasukan utara, seragam merah mereka semakin merah. Sangkala mulai dibunyikan dan genderang bertalu-talu. Pasukan utara segera menyeruak maju ke depan laga, pasukan utara tidak terlalu banyak merubah formasi, pasukan yang menghadap utara masih terus membuat hujan dan meniupkan badai laut. Banyak pasukan utara yang terjungkal dan tidak sempat menemukan musuh-musuhnya.

Benturan yang dahsat terjadi, raungan, erangan, darah muncrat, kepala terpenggal, usus memburai, tangan buntung, telinga lepas semuanya campur aduk. Benturan-benturan benda keras logam, kayu, batu menambah semarak kesunyian lembah. Debu-debu berterbangan, dangan anyir menguar menambah kehangatan udara lembah. Inilah awal sebuah peristiwa besar yang menentukan dan akan dikenang sepanjang jaman.

0 comments: